Sudah empat menit aku menunggu ajal yang duduk hanya beberapa langkah dari tempatku berbaring. Seorang pemuda, yang lebih kurangnya akan membunuhku, duduk dengan sikap yang ringan di kursi tempatku biasa menatap matahari terbenam dari kamar ini. Ia memiliki pistol tangan yang entah model apa tergenggam erat di tangannya. Dan meskipun mataku telah kabur sejak lama, aku mampu melihat matanya yang begitu kelabu namun tegas dan tanpa ragu mampu merebut nyawa siapa pun, termasuk putranya sendiri. Sudah sekitar empat tahun aku sakit-sakitan. Kata dokter, paru-paruku mengalami radang yang sangat berat dan terus meluas seiring dengan kondisi tubuhku yang semakin menua. Dan mulai beberapa hari lalu, sesak napas bukan lagi teman satu-satunya di rumah kosong ini. Kelumpuhan kaki telah menjadi teman baru yang tidak begitu menyenangkan. Dan berikutnya, aku hanya tinggal menunggu kematian yang akan datang beberapa saat lagi. Tidak seperti orang lain yang tidak menunggunya, aku rasa mempercep...
Isinya cerpen sama apa pun itu.