Langsung ke konten utama

Puan Yang Ingin Merangkul Rembulan.

 Aku berlari menuju hujan

Yang merintik dalam doa,

Dan keinginan seorang puan untuk merangkul rembulan.


Jalanan ini tak pernah sepi

Kota yang terus berkilat

Tanpa kenal kata mati,

Memikat kedua matamu untuk terus berharap

Menarik mu 'tuk selalu memohon di balik malam gelap.


Aku tak pernah mengerti

Kesederhanaan dalam batin itu

Yang bergejolak menginginkan,

Yang hanya sampai pada rasa sedih

Dan putus asa.


Aku hanya mengerti

Bahwa jarak bukan tentang kereta

Yang melesat jauh ke Jakarta,

Namun tentang kau yang menatapnya

Jauh di sana, 

Sementara aku terjebak mengejar rintik yang menetes dalam doa.



5 Januari 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dim Light

I'll let my heart sing your name,  even if you were far away when our eyes met.  I burn myself in a hellish love with a joyous heart,  for a fleeting happiness that vanishes as quickly as it ignites in this terrible world. That I'd burn for honest, and dim the dark with briefs lifeline.- Bantul, January 1st, 2025.

Aku kira, kau berhenti.

Aku ingin mengenangmu yang sebentarnya diam di mata. Tentu, jika kamu ada. Hujan ini deras dan merintik di antara terik yang kusayangi dan rintihan yang ada di bawah kulit. Aku tak sebegitu suka dengan suaranya, yang tidak mengijinkanku duduk sendiri dan bersedih. Dan dinginnya memelukku tanpa pernah aku bilang "mau". Ku caci maki Tuhan dan jiwaku yang lama memutus hidup, lalu bangkit tanpa sempat bercerita panjang lebar tentang apa yang ada diujung sana. Namun, sudahlah. Ku ingin bercerita, meski hanya tentangku di bilik kamar yang buruk ini. Kepalaku berputar tanpa sempat berhenti. Dan ku kira, untukmu aku akan berhenti. Ku kira. 2021.